Bentuk sederhana Kolintang terdiri dari bilah-bilah kayu yang dipasang secara sejajar dan dikaitkan serta bertumpu pada peti resonator sebagai alat penguat suara. Bilah kayu tersebut berfungsi sebagai papan nada dan mempunyai ukuran yang berbeda pada setiap nadanya. Semakin panjang ukuran kayu, maka semakin rendah nada yang dihasilkan. Demikian juga sebaliknya, semakin pendek ukuran kayu, semakin tinggi pula nada yang dihasilkan.
Dilihat dari sumber bunyinya, Kolintang dikategorikan dalam kelompok alat musik Idiophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari badan alat musik itu sendiri. Kayu sebagai bahan dasar pembuatannya akan berbunyi memanjang dan bersambung (sustenuto) jika dipukul. Peti resonator akan menambah keras bunyi yang dihasilkan dari benturan kayu. Oleh karena itu, Kolintang juga disebut oleh beberapa pengamat musik sebagai kerabat dari Xylophone.
Meski pada awalnya berbentuk sederhana, namun dalam perkembangannya
Kolintang mampu bermutasi menjadi alat musik yang komprehensif. Saat ini Kolintang tidak hanya bersifat menghasilkan nada-nada tunggal atau melodis, namun juga bisa digunakan sebagai alat musik pengiring atau harmonis. Tangga nadanya yang mencapai Enam oktaf dan mencapai nada rendah (Bass) dan tinggi memperkuat posisinya dalam bersaing dengan alat musik modern. Kualitas musikalnya yang tidak kalah dengan alat musik luar negeri mengantarkan Kolintang pada fungsi strategis sebagai media pendidikan.
Di dunia pendidikan, pada pelajaran Seni Budaya di sekolah ataupun madrasah, alat musik Kolintang ditempatkan secara eksklusif dan sejajar dengan alat musik nusantara lainnya seperti Gamelan dan Angklung. Bersifat eksklusif karena tidak semua institusi pendidikan baik swasta maupun negeri mampu dan mau menyediakan instrumen musik ini sebagai media pendidikan. Kata mampu di sini bukan hanya berkaitan dengan pengadaan alat musik, tetapi juga penyediaan tutor atau pelatih permainan musik Kolintang. Pada konteks ini, beberapa instansi pendidikan menempatkan faktor finansial sebagai kendala utama.
Faktor lain yang dibutuhkan agar Kolintang bisa menjadi media pembelajaran adalah kemauan (bersedia atau tidaknya) pengelola madrasah ataupun sekolah berupaya untuk mendapatkan Kolintang dan pelatih permainannya baik melalui bantuan maupun swadaya. Dukungan dari pemerintah juga sangat diperlukan untuk mem-back up kegiatan-kegiatan yang bisa merangsang institusi pendidikan mengembangkan musik Kolintang. Kegiatan lain yang perlu dilakukan yaitu mengadakan Lomba Kolintang Tingkat Nasional secara rutin. Selain itu, dibutuhkan juga keikutsertaan dan kontrol dari seluruh komponen masyarakat terhadap penentuan dan pemilihan Kolintang atau alat musik nasional lainnya sebagai media pembelajaran lebih diprioritaskan dibandingkan alat musik yang berasal dari luar negeri.
Jika setiap unsur pelaku pendidikan bersinergi untuk mengembangkan Kolintang, maka akan muncul secara tegas fungsi alat musik yang berasal dari Minahasa ini sebagai media pembentukan karakter peserta didik dalam bekerja sama serta meningkatkan rasa cinta tanah air dan bangsa. Potensi besar lainnya-pun akan mengikutinya jika sosialisasi dan publikasi alat musik ini baik. Maka, kedudukan Kolintang yang telah menjadi budaya nasional akan lebih kokoh bahkan bisa lebih mendunia.
Di dunia pendidikan, pada pelajaran Seni Budaya di sekolah ataupun madrasah, alat musik Kolintang ditempatkan secara eksklusif dan sejajar dengan alat musik nusantara lainnya seperti Gamelan dan Angklung. Bersifat eksklusif karena tidak semua institusi pendidikan baik swasta maupun negeri mampu dan mau menyediakan instrumen musik ini sebagai media pendidikan. Kata mampu di sini bukan hanya berkaitan dengan pengadaan alat musik, tetapi juga penyediaan tutor atau pelatih permainan musik Kolintang. Pada konteks ini, beberapa instansi pendidikan menempatkan faktor finansial sebagai kendala utama.
Faktor lain yang dibutuhkan agar Kolintang bisa menjadi media pembelajaran adalah kemauan (bersedia atau tidaknya) pengelola madrasah ataupun sekolah berupaya untuk mendapatkan Kolintang dan pelatih permainannya baik melalui bantuan maupun swadaya. Dukungan dari pemerintah juga sangat diperlukan untuk mem-back up kegiatan-kegiatan yang bisa merangsang institusi pendidikan mengembangkan musik Kolintang. Kegiatan lain yang perlu dilakukan yaitu mengadakan Lomba Kolintang Tingkat Nasional secara rutin. Selain itu, dibutuhkan juga keikutsertaan dan kontrol dari seluruh komponen masyarakat terhadap penentuan dan pemilihan Kolintang atau alat musik nasional lainnya sebagai media pembelajaran lebih diprioritaskan dibandingkan alat musik yang berasal dari luar negeri.
Jika setiap unsur pelaku pendidikan bersinergi untuk mengembangkan Kolintang, maka akan muncul secara tegas fungsi alat musik yang berasal dari Minahasa ini sebagai media pembentukan karakter peserta didik dalam bekerja sama serta meningkatkan rasa cinta tanah air dan bangsa. Potensi besar lainnya-pun akan mengikutinya jika sosialisasi dan publikasi alat musik ini baik. Maka, kedudukan Kolintang yang telah menjadi budaya nasional akan lebih kokoh bahkan bisa lebih mendunia.
Masukan yang baik untuk memasyarakatkan alat musik etnis, khususnya kolintang......
BalasHapusBuktikan Indonesia Bisa... Semoga bisa direalisasikan...
HapusTerima kasih sudah berkunjung...
Siip gan
BalasHapusVisit
http://uzumaki-samudra.blogspot.com/
Sering juga berkunjung ke sini, Gan...
HapusMatoer teng qyoe....
kok kolintang ga gamekang aja
BalasHapusby;aditya aditya-newssport.blogspot.com
Kalo yang dimaksud "gamekang" adalah "Gamelan", kamu dan anak-anak MTs Negeri Babakan lainnya sudah punya banyak pengetahuan tentang alat musik tersebut.
HapusSekarang giliran untuk memperkenalkan Kolintang yang juga termasuk alat musik nusantara asli Indonesia...
Memasyarakatkan Kulintang biar tidak diklaim negara lain.
BalasHapusLeres sanget, Ndoro Putri...
HapusYang kita miliki, kita jaga dan kembangkan...
Ups, ditunggu postingan artikel di blog informasi teknologi..
oh alat musik kolintang kan di mainkan oleh negara tetangga jga kan sperti Kepulauan Melayu Timur - Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur, Brunei, dan Timor kan
BalasHapusMemang ada kemiripan nama antara Kolintang Logam dengan Kolintang Kayu. Kalau Kolintang logam berbentuk gong kecil, kata Wikipedia, peta penyebarannya meliputi wilayah Asia Tenggara. Itu karena, menurut beberapa pendapat, berasal dari Majapahit sehingga berkembang di wilayah Nusantara, termasuk sampai di Negara Jiran (tetangga kita) yang kamu sebutkan.
HapusKalau yang ditulis dalam postingan merupakan Kolintang Kayu... Dikembangkan oleh saudara-saudara kita di Sulawesi Utara. Jika mau dimainkan oleh negara asing silahkan... Tapi, tetap hak cipta harus ada pada kita (Indonesia).
postingan yang inspiratif pak :)
BalasHapussalah satu metode pembelajaran agar para siswa tak jenuh saat menerima pelajaran,,,
mantabbb uyyeeeyyyy
tetap semangART pak!!!!
Justru Noval Sidoellz lah yang inspiratif... Model peserta didik dan alumni seperti kalianlah yang menginspirasi dan memotifasi guru untuk melakukan inovasi dalam membuat media dan memilih teknik pembelajaran. Intinya, dapat efek positif agar guru tidak kalah dengan muridnya. He...66X. Smart Art...
Hapusposting ini,ungguh menjadi pembelajaran seni budaya generasi para siswa, akan tetapi menurut Bapak,
BalasHapusbagaimana kita untk melestarikan salah satu aset indonesia ini yang mna,banyak aset alat musik indonesia yang di klaim oleh negara lain....
Memang tidak mudah melestarikan budaya nusantara milik Indonesia...
HapusNamun, jika kita suka membaca, setidaknya kita tahu kekayaan asli Indonesia. Itu merupakan awal bagi kita untuk melestarikan budaya Indonesia...